Kebahagiaan itu sederhana. Memaknai masa yang kita lalui
dengan syukur dan yakin pada Tuhan Pencipta Alam adalah manifestasi dari kebahagian
yang sederhana itu. Sebenarnya kehidupan, jalan masalah yang demikian rumit itu
jika diurai bukanlah lagi benang kusut yang tak akan bertemu ujungnya. Menjalani
segalanya dengan mengembalikan segala sesuatu dalam fitrah penciptaan itu
memudahkan, menggembirakan, mempercepat kita mencapai tujuan, membuat kita
fokus pada hal-hal yang ingin kita capai, menjadikan masalah yang datang
sebagai paket pelatihan yang harus kita lualui untuk mencapai tingkatan
kepantasan kita mendapatkan pertolongan-Nya.
- Mana kala kita bersalah, usah larut dalam sedih. Memohon maaf dan ampun pada Allah. Perbaiki diri dan optimis akan pengampunan-Nya. Ya, memacu diri untuk menjadi lebih baik adalah hal sederhana yang dapat kita lakukan. Lebih produktif dan membahagiakan orang-orang di sekitar kita. Kebahagiaan yang menular dan berkah pun akan melimpah.
- Syarat sederhana itu rumusnya: berjanji pada diri sendiri untuk tidak melakukan hal yang sama. Refleksi yang harus dipahat dalam hati adalah tak putus beristighfar dan memandang kesalahan diri sendiri lebih besar dibandingkan orang lain. Maka muncul dalam diri kita kemaafan dan keinginan untuk menjadi “baik bersama-sama”; “masuk surga bersama-sama”.
- Mana kala kita dirundung sedih, hati tak menentu, dan kekurangan...keluarkanlah sedekah dan nikmati proses berbagi. Tundukkan logika kemanusiaan yang mengalihkan keyakinan kita akan pertolongan Allah. Hilangkan ketakutan yang menurunkan kadar keyakinan kita pada Allah. Kita buktikan bahwa rizki dari Allah tak akan putus. Kita buktikan bahwa Ia adalah Dzat Yang Maha Kaya. Sungguh proses itu terasa begitu nikmat. Perlahan namun pasti ketenangan akan melingkupi diri. Sebuah kepuasan batin menjad sumber awal pencapaian dan pemerolehan rejeki yang lebih besar.
- Selama kita merasa benar dengan apa yang kita putuskan, jangan biarkan orang lain menyetir pendapat dan pikiran kita. Sudah susah payah menyipulkan, membuat keputusan, mempertimbangkan, dan berserah diri pada Allah... masih adakah waktu untuk mendengarkan komentar miring tentang apa yang kita lakukan?ekstrimnya orang yang telah berjuang untuk bangkt dari keterpurukan mengatakan, “Just belive in your self, no one will walk on your foot steps.”
- Sederhana sekali kebahagiaan itu. Tugas kita adalah berusaha, sedang mengenai hasil serahkan saja pada Allah. Itu wilayah yang hanya Ia yang berhak memberikan hasil. Percaya saja dengan kuasa-Nya. Yang membuat kita sering kali kembali terpuruk adalah, “kita tidak sepenuhnya percaya bahwa apa yang kita minta akan dikabulkan dan kita tidak mempersiapkan diri untuk layak menerimanya”
Seperti pagi ini di Jingga, kebahagiaan yang sederhana itu begitu sederhana saya dapatkan. Sangat mudah ternyata. Memindahkan baby teong dari poly bag, mencangkul mempersiapkan lahannya, dan menanamnya dalam lubang-lubang kecil yang digali menggunakan jari jemari... keringat membasahi wajah dan punggung terasa sedikit pegal adalah bagian dari kebahagiaan yang berpucak pada rasa syukur. Tak terasa, nyaris 3 jam saya berkebun sendiri. Rasanya...luar biasa. Yang juga tidak akan kulupa, langkah kecil untuk mencintai dan merawat tanaman sebagai bentuk rasa syukur juga menjadi langkah nyata melestarikan lingkungan. Yo... Go Green!
Yuk, datang ke Jingga, dan bergaul
dengan sepetak tanah yang kami garap dengan cinta. Rasakan kebersyukuran dan
kebahagiaan yang sederhana itu.
Baby Terong di polybag. |
Dikeluarkan untuk ditanam di lahan. |
Mirip tanaman cabe, tapi batangnya ungu dan daunnya lebih tebal. |
Setelah dipindahkan ke tanah. Tampak segar dan menanti untuk disiram lagi. |
(Ibnu Qayyim)
Masyaallah...betapa ringan urusan kita ketika meyakini Allah sebagai pemberi solusi terbaik. Sederhana dan membahagiakan walau untuk bersabar juga tak sesederhana yang kita pikirkan.Tapi begitulah pola hidup ini, kita semua akan diuji dengan hal yang berat namun pada satu titik akan ambruk juga. yang membuat kita bertahan adalah Yakin Allah akan berikan jalan keluar.
No comments:
Post a Comment