Thursday, January 15, 2015

Air Mata, Mata Air

Bismillah. Entah mengapa, pada tulisan kali ini  aku tak ingin melakukan "pengeditan" sama sekali. Kuingin menulis tanpa mengkoreksi apa yang sudah tertulis. Karena sebenarnya apa yang kutulis adalah usahaku untuk menerjemahkan perasaan yang kini berkecamuk. Rasanya 1001. Penuh warna dan penuh rasa. Bahagia, duka, harap, takut... khawatir. Sudah 1001 belum? :/
Air mata ini sudah menggantung. Sepertinya tak sanggup air mataku membiarkan kalimat-kalimat yang bergejolak di batin ini untuk bersuara. Katanya, "simpan saja semua cerita itu untukmu. Usah kau jadikan konsumsi publik." Lagi lagi ia yang tak kuasa tertahan memberat di kelopak mata. setetes akhirnya jatuh. Basah.

Tapi aku ingin sekali kalimat-kalimat yang menggema ini berwujud aksara. Aku ingin ada rekaman kisah yang kelak bisa kuingat lagi atau mungkin bisa menyemangati atau juga membawa inspirasi...
sepertinya aku harus mulai menulis lagi. Sebuah buku seperti dulu. Sebuah maha karya yang semoga bisa bermanfaat. Seperti Mata Air...menyegarkan dan menghapus dahaga.

Suatu saat entah kapan, aku akan membuat outline. Oops sisi hatiku yang lain mengerang. Katanya, "bukan suatu saat. secepatnya. tulis dan tulis!

Bismillah. Ya. Segera.

Wednesday, January 7, 2015

Lihat Kebunku (Regrow, Recycle, Grafting)


1 Januari saya mulai menyemai lagi. Seperti biasa, saya menggunakan barang bekas sebagai pengganti polybag maupun pot. Saya hanya modal benih dan media tanam. benih saya dapat sebagian besar dari kawan yang bekerja di Luar Negeri atau yang ikut suaminya kerja di sana. Kiriman datang dari Brasil, Jepang, Hongkong, dan Australia. Ada juga yang dikirim kawan dari Samarinda.

Harapan saya, ketika tanaman ini panen, saya bisa membenih lagi dan benih tersebut bisa dipakai untuk bertanam lagi. Bayangkan, berapa kali lipat keberkahan teman-teman yang mengirimi saya dan Sekolah Alam Jingga benih-benih dari tempat mereka yang jauh itu.

Benihnya import, Alhamdulillah

Sebagian tanaman yang sudah mulai sprout
Sebenarnya bertanam itu sangat mudah asalkan kita ada keinginan. Cukup memiliki waktu sedikit saja untuk menyiram pagi dan sore juga memindahkan tanaman ke media yang lebih besar ketika tanaman sudah semakin besar, maka kita akan menemukan kenikmatan dalam proses ini.

Ohya saya juga akan memperlihatkan tanaman regrow atau menumbuhkan lagi. Nah, saya menyemai tomat dari buah yang mulai busuk. Semaian itu mulai kelihatan bentuknya di halaman sekolah. Di sekolah ada juga mangga, cabai, terong dan dan pepaya yang konon kabarnya juga ditanam dari biji. 

Dari "limbah dapur", saya juga kelola kentang, jahe, dan kunyit. Menunggu sprout mangga, durian, dan alpukat. Next post kalau sudah kelihatan progressnya akan saya "mejengkan di sini".

Tomat Cherry

Terong

Mangga Apel

Cabe Rawit
Ohya, saya juga punya Apel India. Pohon cangkokan yang dapat dari seorang famili di Cakung. Begitu saya melihat dan terlihat "ngiler", beliau serta merta menawarkan saya untuk membawa cangkokannya. Wuih...tak menolaklah...

28 Desember Apel India saya bawa ke rumah. Malam itu juga ditanam. Apahal...daunnya mulai rontok. Alhamdulillah saya sempat baca sedikit tentang Apel India ini. Di sana dituliskan apabila pohon ini mulai merontokkan daunnya maka dibiarkan saja karena tak lama akan mulai tumbuh tunas-tunas baru. Benar saja. Hari ini tunasnya mulai muncul. MashaAllah, jika kita tak paham proses pengguguran daun ini sebagai mekanisme penyesuaian dirinya, maka kita akan bingung melihatnya. Yang jelas, saya beruntung sudah pernah membaca artikel bahwa pohon dikatakan mati ketika sudah tidak terlihat tanda-tanda kehidupan. Batang bagian dalamnya sudah tidak terlihat serat hijau walau sedikit. Cara lain bisa dengan mencoba memotong dengan jari dahan pohon tersebut. Jika terasa keras dan agak membal, berarti masih ada kambiumnya. Juga jangan sekali-kali memotong daun yang masih memiliki warna hijau walau sedikikit. Daun itu akan maembantu tanaman untuk memasak makanannya dan sebagai cadangan energi untuk "terlahir kembali"
Apel India yang Meranggas

Tunasnya mulai tumbuh di ketiak ranting. Beberapa muncul di bagian-bagian dahan yang lain.


Demikian sedikit cerita tentang berkebun versi saya. Ini ceritaku, mana ceritamu?

Berkebun dengan Metode Qurani

MashaAllah... saya terkagum dan merinding baca artikel dari blog http://petani-kaya.blogspot.com. Ada beberapa ulsana tentang berkebun yang akan membuat kita semakin cinta pada Al Quran dan bersyukur akan nikmat Allah pada kita, nikmat terdahsyat sepanjang usia, yaitu menjadi muslim.

betapa tidak, dalam blog itu saya disadarkan akan adanya sistem pertanian yang sebenarnya ada dalam Al Quran. Mengenai tanaman-tanaman apa saja yang bernilai tinggi secara ekonomis maupun nutrisi yang terkandung di dalamnya hingga bagaimana menghidupka lahan yang mati.

Silakan buka link berikut ini tentang desain kebun berbasis Al Quran http://petani-kaya.blogspot.com/2013/08/berkebun-menurut-al-quran.html

Dan link yang satu ini mengenai menghidupkan tanah yang mati: http://petani-kaya.blogspot.com/2013/07/menghidupkan-tanah-yang-mati-dengan.html

Sebagai bonus adalah...saya akan menshare teknik bertanam kurma. Ternyata tidak sukar, jadi... ini akan jadi proyek berikutnya http://petani-kaya.blogspot.com/2013/07/cara-mudah-menanam-kurma-dari-biji.html

Mungkin Anda akan bertanya-tanya, mengapa saya tidak membuat artikel sendiri? Selain lebih efisien, tak salah juga jika mengangkat hasil pemikiran cemerlang hamba Allah yang salih. Semoga dengan terbukanya pemikiran saya setelah membaca atikel tersebut, membagi informasi yang beliau-beliau susun juga akan menjadi amal jariyah bagi saya.



Mungkin juga ada pertanyaan kedua, mengapa saya senang sekali membahas soal berkebun ini? Ya singkatnya saya termotivasi hadist berikut ini:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً
“Tidaklah seorang muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits no.1552)

Belajar Tauhid melalui Bertanam (Berkebun)

Saya menyengaja mencari artikel yang sesuai dengan kesadaran pribadi tentang kegiatan bertanam yang sedang saya agendakan bagi diri sendiri. Sungguh, dalam proses bertanam ini saya mendapatkan banyak sekali pembelajaran yang sangat dalam dan menjadikan saya semakin merasa dekat dengan Allah SWT. Berikut ini artikel dari Eramuslim yang sangat sesuai dengan hasil perenungan saya. Di artikel selanjutnya, saya akan menyajikan beberapa photo proses bertanam yang mencerahkan itu insyaAllah.

 Proses penumbuhan termasuk proses kehidupan yang terjadi di muka bumi ini, dan ia merupakan sebagian dari bukti akan kekuasaan Ilahi di alam semesta. Seandainya tidak ada proses penumbuhan, maka tidak ada tumbuh-tumbuhan di dunia. Seandainya tidak ada tumbuh-tumbuhan di bumi, maka tidak ada klorofil. Dan seandainya tidak ada klorofil, maka tidak ada kehidupan di bumi.
Allah berfirman, ‘Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).’ (an-Naml: 60)
Ayat ini termasuk ayat mukjizat tentang tumbuh-tumbuhan di dalam al-Qur’an.
Ayat ini mengaitkan antara air dan proses penumbuhan, karena air merupakan syarat utama dan pokok dari proses penumbuhan. Terkadang benih atau biji berdiam di tanah selama bertahun-tahun tanpa tumbuh dan tidak bergerak, sampai air turun padanya, lalu mulailah proses yang mengagumkan dan sarat mukjizat, yaitu proses penumbuhan. Anak-anak kita sering meletakkan biji atau benih di atas kapas basah, tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka sedang melakukan salah satu proses kehidupan paling rumit di dunia tumbuhan dan kimia kehidupan. Proses ini digunakan Allah untuk menantang orang yang menyekutukan-Nya, agar mereka melakukan hal serupa tanpa melalui sarana-sarana Allah menciptakan segala sesuatu yang hidup, seperti janin dan air.
Ketika air menetesi benih atau biji, maka ia menyerap air dengan daya serap dan tekanan osmotik. Rumus-rumus air pada tumbuhan itu memiliki hukum matematika tersendiri yang rumit dan meletihkan kita untuk memahaminya melalui berbagai kajian, dan yang masih meletihkan para mahasiswa saat diberi penjelasan mengenainya.

Perhatikan kekuatan yang diletakkan Allah pada selaput biji atau kulit benih. Seandainya selaput itu tidak tembus air, maka air tidak sampai kepada janin di dalam biji atau benih, sehingga gagal-lah proses penumbuhan.
Sebagian benih memang memiliki kulit (sepatut benih) yang keras dan tidak tembus air secara sempurna (yaitu benih pohon jarak). Tetapi, Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan baik itu membekali benih ini dengan lobang di bagian atas benih. Lobang ini dikelilingi dengan unsur spon yang menyerap air, yang disebut Caruncle, sehingga air dapat tembus melalui lobang tersebut dan sampai ke janin.
Apakah unsur spon ini tercipta secara kebetulan, bukan ciptaan Khaliq yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal? Ataukah ia diciptakan tanpa kekuatan dan kesadaran seperti klaim para pengatur teori Darwin dan orang-orang muslim Artikelalis yang tidak menyembah Allah dengan sebenar-benarnya penyembahan: ‘Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.’ (al-Hajj: 74)
Ketika air masuk ke benih atau biji, maka terjadilah perubahan-perubahan fisika dimana biji mengembang dan bertambah ukurannya akibat daya serap tersebut, sehingga ia merobek selaputnya. Dan pada waktu yang sama terjadi proses-proses kimiawi yang besar, dimana janin mulai mengeluarkan enzim-enzim pengurai Artikel-Artikel nutrisi yang tersimpan di dalam benih dan biji tersebut. Lalu ia mengubahnya—dari Artikel-Artikel yang kompleks susunannya, besar volumenya, tidak bisa menembus sel-sel janin, dan janin tidak bisa mendayagunakannya—menjadi Artikel yang sederhana susunannya, kecil partikel-partikelnya, bisa menembus melalui selaput dan dinding sel, sehingga janin bisa menyerap makanannya.

Gambar di atas adalah irisan benih, tampak lobang pada benih atau yang disebut Caruncle.
Yang mengagumkan adalah jenis enzim itu sesuai dengan jenis nutrisi yang tersimpan di dalamnya. Enzim-enzim ini mengurai sebagian Artikel yang sangat keras, seperti yang ada pada buah pohon doum yang sebagian dari kita mengolahnya menjadi pakaian yang keras. Enzim-enzim itu mengubahnya menjadi Artikel-Artikel yang lunak dan lembut seperti susu, manis rasanya, mudah dicerna dan diserap.
Proses-proses tersebut berlangsung dalam suhu 25-35 derajat celcius. Apabila kita ingin melakukan proses yang sama di laboratorium, maka kita membutuhkan beberapa bak air panas, asam pembakar dan pengurai. Kita juga membutuhkan beberapa alat pendingin, alat konsentrat, dan alat pengukur suhu yang tepat, serta para arsitek, ilmuwan, dan seniman yang jumlahnya lebih dari ratusan orang. Kita juga membutuhkan pabrik-pabrik yang sangat bising, mengeluarkan asap yang tinggi, dan mengakibatkan pencemaran lingkungan, serta membutuhkan modal yang sangat besar.
Proses ini terjadi dengan sangat tenang, di dalam benih yang diletakkan anak kecil di atas sepotong kapas yang dibasahi. Proses-proses yang rumit ini berlangsung di kebun yang sederhana, yang tidak mengenal equasi kimia, laboratorium, dan penelitian.
Siapakah yang berbuat demikian? Adakah tuhan selain Allah? Apakah itu alam, seperti pernyataan kaum Artikelalis sekuler. Sesungguhnya orang yang meyakini dan menyatakan hal demikian itu tidak berbeda pemikirannya dari mereka yang naif dan bodoh.
Mereka tidak berbeda dari orang yang mengatakan saat terjadi gempa, ‘Kerbau yang memikul bumi di atas salah satu tanduknya memindahkan beban ke tanduk yang satu karena capek.’
Proses kehidupan yang mengagumkan itu memulai pembelahan sel dan kromosom, menganyam jaringan dan membangun dinding. Keluar suhu panas, kehidupan berdenyut, hormon terbentuk, vitamin bekerja, organ tumbuh keluar, akar menghujam ke tanah, batang tumbuh ke atas, tangkai, daun, bunga, dan buah bermunculan, serta jutaan proses kehidupan lain yang sarat mukjizat.

Gambar menjelaskan proses pembelahan sel pada tumbuhan dengan kuasa Allah.
Proses kehidupan yang mengagumkan itu memulai pembelahan sel dan kromosom, menganyam jaringan dan membangun dinding. Suhu panas terpancar, kehidupan berdenyut, hormon terbentuk, vitamin bekerja, organ tumbuh keluar, akar menghujam ke tanah, batang tumbuh ke atas, tangkai, daun, bunga, dan buah bermunculan, serta jutaan proses kehidupan lain yang sarat mukjizat.
Siapakah yang membimbing benih-benih kepada perjalanan yang menakjubkan ini? Adakah tuhan selain Allah? Apakah alam yang tidak berkesadaran dan bisa berpikir itu mampu menciptakannya? Maha Benar Allah dalam firman-Nya, ‘Yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?’ (an-Naml: 60)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...