Banyak teori yang digunakan untuk menyokong bertumbuhnya Sekolah Alam. Perjuangan untuk eksistensinya pun sangat sukar dilakukan karena terkesan bertolak belakang dengan sistem pendidikan yang telah lama berjalan dan dilegalisasi. Intinya, anak belajar di alam dan menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran. Mengenal ilmu dari alam, membaca tanda kuasa Ilahi melalui alam.
Saya tertegun membaca sebuah posting dari Ustad Adriano Rusfi di Grup Millenial Learning Center
Pendidikan yang mampu mempersiapkan siswanya untuk memasuki realita bukanlah pendidikan paling mirip dengan realita itu sendiri, tapi pendidikan yang menghasilkan siswa yang percaya diri, berdaya adaptasi tinggi, dan cepat mempelajari hal baru. Karena realitas itu sendiri banyak, beragam, dan berubah.
Dan hanya satu guru dan medium yang mampu melakukan dan mewujudkannya : Alam ! Untuk itu, sekolah alam dan sekolah komunitas harus memposisikan dirinya sebagai ranah perjuangan, bukan sekolah yang melulu menawarkan pembelajaran yang enjoy, happy, fun dan playful
Sungguh, seharusnya ini memang bukan sekolah bersenang-senang, karena ia lebih mirip sebuah kawah Candradimuka.
(Oleh-oleh dari sebuah sekolah alam)
Kalimat yang padat berisi ini menegakan kepala para penyelenggara Sekolah Alam. Ada misi yang lebih besar dari sekadar menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, membahagiakan, beragam, dan fokus pada perkembangan kepribadian juga keunikan anak. Kata kunci untuk pengembangan Sekolah Alam adalah: Kawah Candradimuka. Sebuah istilah yang Dahsyat Luar Biasa. Sesungguhnya sebelum pembelajaran itu “terlihat” menyenangkan maka para gurunya harus memahami dan menginternalisasi nilai di balik kegiatan belajar yang playful. Tugas yang menyenangkan bagi mereka yang memahami dengan hati makna seorang pendidik.
Mendapatkan semua karakter itu membutuhkan waktu dan proses yang tak sebentar. Semua pihak harus rela memproses dirinya dalam rangka pemenuhan target kriteria tersebut. Suka atau tidak suka proses itu harus dipercepat dan semua pihak harus saling mendukung. Iklim kerja harus kondusif, profesional, tawazun, dan saling mencintai karena Allah. Inilah langkah untuk menciptakan sebuah komunitas yang tak henti belajar untuk mentransfer nilai pada komunitas yang lebih besar (masyarakat sekitar) dan pada anak didik titipan Allah. Kelak, akan tiba saatnya peradaban itu akan terbentuk dan jejak Sekolah Alam akan ditemukan di dalamnya.
Walau kaki sudah letih berlari
Ada kalanya hanya mampu berjalan
Atau menggeser tempat seinchi demi seinchi
Kita tak boleh lagi berhenti
Bergerak...
Bergeraklah. Allah bersama kita.
>> Jinggaku, merekahlah sepanjang musim.
No comments:
Post a Comment