Dari semua genre film, sci-fi masuk dalam daftar terfavorit saya. Selalu setelah menonton film-film itu, saya ngebatin, "Andai tim produksi dan script writernya baca quran dan membacanya dengan pemahaman yang benar...pasti ending ceritanya bakal beda. Pasti ujung-ujungnya akan memberitahu bahwa adalah satu kekuatan yang maha dahsyat sebagai awal dan akhir. Pasti nuansa tauhid lebih kental muncul dalam film-film itu, Nuansa tauhid? Emang ada, gitu?
Gini, maksud saya... Tauhid itu fitrahnya manusia. Jauh dalam lubuk hati terdalam pasti tiap manusia membenarkan adanya Rabb (tentu dengan bahasa mereka sendiri ya) yang menciptakan dirinya juga alam semesta. Buktinya, lihat deh film2 sci-fi itu. Sarat banget dengan pesan bahwa dunia ini fana, akan ada kiamat, ada satu kekuatan yang bisa menyelamatkan mereka (walau jawaban akan siapakah sang pencipta-nya ngga pernah jelas. ngegantung semua) asalkan semua sistem dikembalikan seperti semula.
Ambil contoh film Interstellar. Di film keren itu kalian akan menemukan kenyataan fiktif bahwa ada ruang di luar galaksi sana yang menyebabkan lompatan quantum. Tentu dengan penjelasan science yang saya sendiri cuma bisa membahasakannya bahwa perbedaan waktu itu bisa terjadi ketika kita menjelajahi dimensi lain. Adakah kitab suci yang menjelaskan tentang penjelajah waktu atau lompatan waktu seperti ini? Sebenarnya saya tak punya kapasitas untuk membuktikan secara science atau dari segi kepemahaman ilmu agama khususnya menerjemahkan ayat. Tapi coba deh kita buka Surat As Sajdah. Baca perlahan dari satu ayat ke ayat yang lain. Buka di sini ya. Voila! What you get?!
Jelas Allah sampaikan bahwa ada perbedaan masa yang di dunia itu 1000 tahun tapi dari langit, hanya satu hari saja. So, petunjuk Allah itu sudah komplit, urusan tentang langit dan bumi sudah selesai tapi ya disesuaikan dengan kemampuan manusia mencerna dan menerimanya dalam tatanan hidup. Butuh 1000 tahun sampai semua sempurna menjadi tata aturan kehidupan, Sumber hukum yang lengkap, SOP-nya manusia biar ngga tersesat. (cekidot Qs. As Sajdah: 5) Ah.. bagian ini mengkoneksasi saya pada scene di Interstellar tentang perbedaan waktu di sebuah planet ketika mereka masuk ke dalam tatanan dimensi asing tersebut
Ketika sampai pada scene bahwa harus ada koloni penerus generasi penerus, pikiran kita pun pasti akan sampai pada kisah bagaimana Nabi Adam diciptakan, bagaimana manusia setelah hawa hadir. Siapa yang diciptakan dari tanah dan siapa yang dari air yang hina (mani). Setelah manusia berkumpul pasti ada yang kelewatan berinovasi hingga tersesat, nah... hukum Allah diturunkan untuk manusia zaman tersebut bersama utusannya yang tentu saja manusia juga dong. Biar jelas, bahwa aturan tersebut aplicable. Mereka ditarik lagi biar kembali on the track walau tetap aja yang nurut hanya sedikit. (yuk buka lagi Qs. As Sajdah : 7-9)
Ya...seandainya orang yang sudah menghadap Allah bisa request sama Allah biar bisa balik lagi ke dunia sih pastinya akan mereka lakukan. kenapa minta balik? Karena ketika menghadap Allah, baru mereka benar-benar melihat dan mendengar bahwa jalan yang dipilih itu salah. hehe... untuk bagian ini saya ingat betul bagaimana Matthew McConaughey terjebak dalam ruang waktu 5 dimensi. Ia berusaha mengirim pesan tentang apa yang ia lihat dan rasakan sekarang. Ia berusaha memberi peringatan dengan kode-kode. Ya, begitulah kemungkinan yang terjadi jika ada peluang bagi yang telah berada dalam "dunia lain" untuk mmeberi peringatan. (Yang ini saya temukan juga di Qs. As Sajdah : 12)
Kita harus baca semua hal yang bersentuhan dengan hidup kita. Baca semua tanda yang Allah inginkan kita untuk memelajarinya. Alami dan rasakan bagaimana ayat demi ayat bergulir dalam keseharian bukan hanya untuk menjadi artefak, tapi menjadi rambu menuju "Jalan Pulang" yang intinya itu happy ending ever after, yang lebih keren dari bunker penyelamat maupun sartelit baru dalam film sci-fi mana pun karena ngga ada orang yang minta hidup dalam penjara api neraka. They will never find any way out. naudzubillahi min dzalik (Qs. As Sajdah : 19-20)
Semoga ada film sci-fi yang akan menuntun manusia kepada nilai Tauhid yang nantinya akan memperkuat barisan ummat. Atau, kita aja yang bikin? Bikin film? Yuk... Aamiin-kan dulu ya ;)
Portfolio sederhana dari pemikiran yang terserak, langkah dan cita-cita, celoteh ngalor ngidul, juga kumpulan gambar. Ingin berbuat dan merekam lebih banyak, namun sementara ini dulu. Semoga bermanfaat.
Saturday, July 4, 2015
Para Pencari Tuhan #Part 1
Dapatkah
manusia menemukan Rabbnya hanya dengan memaksimalkan panca indera, hati, dan
pikiran?
Suatu
hari kawan saya dari Brazil bertanya, apakah semua manusia di dunia ini akan
menemukan kebenaran akan adanya Allah? Apakah jika ia tinggal di sebuah tempat
terpencil yang jauh dari peradaban manusia juga tetap menerima pengajaran Tuhan?
Kebetulan
saat itu dan sampai sekarang ia adalah seorang nasrani yang rutin memberikan
pengajaran di gereja tiap pekannya. Sebenarnya sebelum menjawab pertanyaannya
yang begitu mendalam, ada keraguan akan kapasitas diri. Tapi, teringat
Rasulullah yang menyatakan bahwa kita harus menyatakan kebenaran walau melalui
satu ayat. Jadilah saya menjawab chat tersebut dengan pengetahuan yang
sederhana dan tentu saja memakai bantuan Ms. Google agar mempercepat menemukan
referensi ayat yang saya butuhkan.
![]() |
Sumber: www.handsofintegration.com1600 × 1067Search by image |
Kembali
lagi ke pertanyaan Dem (teman saya yang penginjil itu). Saya menjawabnya
tentang proses keimanan yang tumbuh dalam diri Nabi Ibrahim saw melalui
pengamatan fenomena alam. Ia yang cerdas, berhati bersih, memiliki rasa ingin
tahu yang besar, dan yang kesemuanya itu menihilkan ketakutannya terhadap
ancaman yang akan memorakporandakn bukan hanya dirinya tapi juga tatanan
masyarakat yang telah ajeg dalam kejahiliahan sejak nenek moyangnya.
Saya
cerita, bagaimana Nabi Ibrahim mengira bulan, matahari adalah tuhan. Akhirnya
ia menyimpulkan bahwa ada kekuatan di balik itu semua, yang menciptakan bulan
dan matahari dan seterusnya dan seterusnya. Ini contoh yang sangat jelas buat
Dem. Saat itu Nabi Ibrahim tak pernah dicerahkan oleh kitab mana pun. Tak pernah
mendengar pembelajaran tauhid dari siapa pun. Dia maksimalkan potensi dirinya
untuk menemukan Allah. Bertemukah ia dengan Zat Yang Menciptakan Semesta itu?
Ya! Secara fisik ia tak sanggup menemui Allah, namun jiwanya kokoh membenarkan
bahwa Allah adalah Sang Pencipta melalui pencarian panjang dan pembuktian yang dapat diterima jiwanya dan akalnya yang bersih. Baca kisahnya di sini
Saya
ajak Dem membuka Quran. Ya, Dem punya Al Quran dan dia senang membaca artinya
juga memahami maknanya. Semoga Allah memberikan kesempatan Dem dan keluarganya
untuk mencicipi indahnya hidayah.
Yuk
tadaburi Al Quran Surat Al A’raf ayat
179 ini:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Subscribe to:
Posts (Atom)