Dapatkah
manusia menemukan Rabbnya hanya dengan memaksimalkan panca indera, hati, dan
pikiran?
Suatu
hari kawan saya dari Brazil bertanya, apakah semua manusia di dunia ini akan
menemukan kebenaran akan adanya Allah? Apakah jika ia tinggal di sebuah tempat
terpencil yang jauh dari peradaban manusia juga tetap menerima pengajaran Tuhan?
Kebetulan
saat itu dan sampai sekarang ia adalah seorang nasrani yang rutin memberikan
pengajaran di gereja tiap pekannya. Sebenarnya sebelum menjawab pertanyaannya
yang begitu mendalam, ada keraguan akan kapasitas diri. Tapi, teringat
Rasulullah yang menyatakan bahwa kita harus menyatakan kebenaran walau melalui
satu ayat. Jadilah saya menjawab chat tersebut dengan pengetahuan yang
sederhana dan tentu saja memakai bantuan Ms. Google agar mempercepat menemukan
referensi ayat yang saya butuhkan.
Sumber: 1600 × 1067Search by image |
Kembali
lagi ke pertanyaan Dem (teman saya yang penginjil itu). Saya menjawabnya
tentang proses keimanan yang tumbuh dalam diri Nabi Ibrahim saw melalui
pengamatan fenomena alam. Ia yang cerdas, berhati bersih, memiliki rasa ingin
tahu yang besar, dan yang kesemuanya itu menihilkan ketakutannya terhadap
ancaman yang akan memorakporandakn bukan hanya dirinya tapi juga tatanan
masyarakat yang telah ajeg dalam kejahiliahan sejak nenek moyangnya.
Saya
cerita, bagaimana Nabi Ibrahim mengira bulan, matahari adalah tuhan. Akhirnya
ia menyimpulkan bahwa ada kekuatan di balik itu semua, yang menciptakan bulan
dan matahari dan seterusnya dan seterusnya. Ini contoh yang sangat jelas buat
Dem. Saat itu Nabi Ibrahim tak pernah dicerahkan oleh kitab mana pun. Tak pernah
mendengar pembelajaran tauhid dari siapa pun. Dia maksimalkan potensi dirinya
untuk menemukan Allah. Bertemukah ia dengan Zat Yang Menciptakan Semesta itu?
Ya! Secara fisik ia tak sanggup menemui Allah, namun jiwanya kokoh membenarkan
bahwa Allah adalah Sang Pencipta melalui pencarian panjang dan pembuktian yang dapat diterima jiwanya dan akalnya yang bersih. Baca kisahnya di sini
Saya
ajak Dem membuka Quran. Ya, Dem punya Al Quran dan dia senang membaca artinya
juga memahami maknanya. Semoga Allah memberikan kesempatan Dem dan keluarganya
untuk mencicipi indahnya hidayah.
Yuk
tadaburi Al Quran Surat Al A’raf ayat
179 ini:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
No comments:
Post a Comment