Thursday, November 5, 2015

Pembentukan Karakter -Petualangan Ke Negeri yang Jauh- (Sesi II)

Di tulisan sebelumnya saya sempat share

Tangguh. Kita harus mampu tangguh untuk survive. Bertahan adalah keterampilan yang harus dipelajari dan dimiliki dalam tiap tahapan perjalanan dalam Edutrip. Kita harus mengalahkan rasa takut, berusaha kuat untuk memegang prinsip, dan bersikap bijak dalam menyelesaikan masalah yang mungkin muncul selama perjalanan. Hanya mencari yang Halal  Makan apa adanya yang penting halal :D 
Roti dari Thailand dan daging bawaan dari Tanah Air.
Bersatu dalam satu suapan di Bangkok  :D
Mie Instant...bagaimanapun Ind**** tetap tak terganti :p
Beras yang ternyata wangi melati. Serasa makan kembang? 
Sarden kecil. 2 Kaleng buat 3 kali makan dua orang. Not bad
Di bagian ini benar-benar ketahanan tubuh diuji. Alhamdulillah malam pertama langsung ditunjukkin Pee Kung 7eleven dekat apartemennya. Belilah kami roti tawar, mie instant, dan sosis plus air mineral. Semua yang berlogo halal. Di 7eleven ada microwavenya. Si sosis dipanaskan hanya dengan menggunting bagian atas dan dikasihlah chopstick 2 buah. Jadi...malam pertama, Beberapa menit setelah tiba di kawasan tempat tinggal Pee Kung, kami berhasil mendapatkan makan malam halal! Yeayyyy... (gaduh :p)
Selebihnya, kami beli beras di mall terdekat juga ikan sarden kalengan. Ditemani sambal terasi bekal dalam negri dan suplemen alami HPAI jadilah hari-hari kami tetap berenergi. Alhamdulillah...

Hari-hari terus bergulir. Model pertahanan diri ini tetap kami lakukan demi menjaga agar Allah selalu ridha. Sungguh, melihat dan mencium bau masakan yang tak biasa (dan tak halal) cukup menjadikan perjalanan ini lebih berat dari seharusnya :p Perut seperti diaduk. Saya sempat menahan muntah beberapa kali sampai air mata bercucuran (terlebaykan tapi jujur. hahahha...)

Mandiri. Tak ada yang melayani malahan harus melayani. Sebelum mampu melayani orang lain, semua individu dalam edutrip harus mampu memanage keperluan pribadinya dengan baik tanpa melukai hak saudaranya.

Tanpa kemandirian, perjalanan tak akan efektif.
Keterampilan ini memang perlu dipelajari. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling egosentris. Potensi ini bisa jadi positif atau berkembang negatif sesuai dengan bentuk respon dan stmulasinya. Sebagai contoh, anak-anak mengikuti perjalanan dengan jadwal yang telah ditetapkan. Guna menjalankan kegiatan sesuai dengan target maka mereka berusaha mengatur dirinya dengan baik sebagai bentuk kemandirian. Pada sesi Edutrip Malaysia

Empati. Sesi-sesi perenungan dan pengambilan hikmah perjalanan diarahkan pada pembentukan karakter yang mampu merasakan apa yang orang lain rasakan.
Tetap terjaga untuk memberikan kursi pada OKU (Orang Kurang Upaya)
Masih di Bus Go KL, Bus gratis di KL. 
Bentuk empati yang lain, kami para backpacker muda (muda nih ye...) menjadi terlatih memberikan kursi bus atau kereta kepada warga dengan disabilitas atau yang disebut OKU oleh warga Malaysia. Sebagian besar penumpang memiliki kesadran ini. Walau pun ada bangku kosong, ketika mereka merasa baik, sehat, dan kuat...maka kursi khuusus untuk OKU ini akan tetap dikosongkan. Melihat ini, kami menjadi terlatih untuk memberikan kesempatan pada orang tua, ibu hamil, maupun anak kecil intuk mendapatkan kursi prioritas.

Itsar. Tingkat tertinggi dari ukhuwah akan teruji, terlatih, dan terasah dalam sesi perjalanan. Egoisme akan terdeteksi dan luntur secara alami karena kelekatan hubungan akan terjalin dengan sendirinya. Perlahan namun pasti, mereka mulai mendahulukan kepentingan sahabat seperjalanan. Rupanya itsar ini berkaitan dengan kecakapan individu sebelumnya, yaitu empati.

Mendapat tugas masak dan membiarkan kelompok lain makan terlebih dahulu.
Konon, seorang pemimpin harus merasakan lapar lebih dahulu dibanding anggota pasukannya namun harus kenyang belakangan. Tak mudah apalagi bagi anak usia 10-14 tahun menerapkan hal ini. Dalam edutrip, mereka akan belajar langsung tanpa teori mengenai pesan kebajikan yang dicontohkan Rasulullah. Contohnya, ketika salah satu kelompok menjalankan tugasnya utnuk memasak. Mereka dengan sukarela membiarkan kelompok lainnya yang bertugas membereskan dapur untuk makan lebih dahulu dibanding mereka.

Cekatan dan sigap.  Kondisi di perjalanan jauh dari nyaman. Sekali pun fasilitas yang digunakan terasa lebih baik, namun kita dituntut untuk mawas diri dan selalu ingat jadwal yang telah disusun juga target yang telah dicanangkan bersama.

Lokasi penyebrangan di Bukit Bintang, Kuala Lumpur.
Edutrip bukanlah tour, penggunaan kata trip menunjukkan bahwa 'perjalanan' menjadi inti kegiatan ini. Ke setiap destinasi, peserta harus berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum, melebur bersama warga lokal. Di masa seperti ini mereka akan bertindak cekatan dan sigap. Terlebih pengingat untuk berhati-hati baik dalam bentuk pengumuman dalam bentuk audio maupun visual disampaikan di mana-mana.

Teliti dan cermat. Teliti dalam memperhitungkan dan cermat membaca peluang untuk memperkirakan budget perjalanan. Perkiraan biaya perjalanan dan biaya hidup harus diperhitungkan dengan cermat.


Menghitung baht demi baht untuk bertahan hidup. Ahaaay :p
Memerhitungkan bahan makanan yang halal dan lebih murah dengan kualitas yang hampir sama.
Perjalanan ke Bangkok dan Hatyai selama 5 hari kemarin sangat hemat di living cost. Kami benar-benar memerhatikan bab pengeluaran. Begitu pun dengan perjalanan ke Kuala Lumpur bersama siswa dan guru Jingga. Kami berusaha sebisa mungkin, bagaimana menyelenggarakan perjalanan sarat makna namun less budget.  Hingga perkiraan tukar uang di money changer dengan harga tukar terbaik pun kami perhitungkan.Alhamdulillah dengan kecermatan perhitungan, perjalanan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Bijaksana. Ada hal baik dan tentu ada hal buruk yang ditemukan selama perjalanan. Kita akan mampu memetik kebaikan dan menjadikannya sebagai bagian dari pembelajaran dan upaya mengenal lebih dekat tujuan penciptaan kita di dunia.


Menentukan arah dan tetap dalam barisan.
Sholeh. Inilah tujuan utama perjalanan. Mereka tak putus dari zikir selama berjalan. Selalu berdoa dan menyadari bahwa Allah begitu kuasa. Semakin kuat keyakinannya, semakin besar rasa syukurnya telah dijadikan sebagai seorang muslim.

Berani. Keberanian akan dengan sendirinya muncul dalam diri tiap peserta. Keberanian itu mendominasi diri sebagai mode pertahanan setiap makhluk di tempat yang asing. Mereka akan mampu mempertahankan diri dengan baik, mereka akan memompa keberanian bertanya, bicara, dan memberi saran karena perjalanan ini kita lakukan bersama. Sekali pun tersesat, peserta harus berani mengambil resiko mengubah jalur perjalanan dan mengendalikan diri.



Self Driving. Kemampuan men-drive diri untuk menemukan pintu keluar dari kesulitan yang dihadapi. Inilah yang disebut sebagai kemampuan metakognisi. Ketika kita nyasar di wilayah baru yang asing, dan sendirian, kira-kira apa yang bisa kita lakukan? Secara alami, pembelajaran yang dicontohkan oleh Rhenald kasali ini terbukti muncul dalam program yang dilakukan selama Edutrip.







Syukur. Peserta Edutrip menjadi pribadi yang akan sangat bersyukur dengan apa yang dimiliki dan menghargai rejeki yang diterima. Syukur ini muncul juga dari pembiasaan mencari sisi positif dari setiap pengalaman yang langsung mereka rasakan.

2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...