Thursday, July 11, 2013

Berkebun dan Mempelajari Kehidupan

mendidik tidak selamanya membiarkan anak mengalir dengan apa yang diminatinya saja dan mengikuti apa yang dimau mereka. mendidik juga memperkenalkan seperangkat nilai kemanusiaan dan kehambaan yang harus ia miliki. perangkat itu nantinya membantu eksistensinya kelak di masa depan. membantu mereka menentukan arah hidup yang diambil.

menurut teman saya, setiap manusia itu lahir dengan banyak sekali potensi. potensi itu ada yang baik dan ada yang buruk karena sejatinya manusia berpotensi melakukan perbaikan dan juga kerusakan. masih ingat ayat tentang dialog malaikat dengan Allah ketika dinyatakan bahwa pemimpin dunia ini adalah manusia, bukan dari bangsa malaikat yang suci dari dosa itu? [1]

baiklah kita kembali ke pembahasan semula. perangkat kemanusiaan dan perangkat kehambaan itu bisa diajarkan dengan mengembalikan fitrah penciptaan [2]. para sahabat dan orang bijak yang dicintai Allah mengajarkan makna kebesaran Tuhan melalui alam. bahkan di antara mereka menenemukan eksistensi Rabb dari pengamatan terhadap pergantian siang dan malam[3]. inilah sesungguhnya jalan pendidikan yang Ilahiah itu.
kita bisa memaksimalkan potensi fikriyah, jasadiyah, bahkan imaniyah mereka melalui memahamkan mereka tentang fenomena hidup tersederhana dan terdekat dengan diri juga lingkungan setempat.


katakanlah kita mengembangkan konsep sekolah alam. menanam atau berkebun sebaiknya tidak dijadikan syarat yang dirasa memaksa. "Namanya juga sekolah alam, ya harus berkebun-lah." sebenarnya sekolah mana pun... ketika sampai pada memahamkan anak tentang konsep penciptaan makhluk dan semesta dapat kita awali dengan berkebun. sebuah penawaran yang tidak memerlukan hal-hal luar biasa yang tentu berbiaya mahal.

mari kita perhatikan. ketka kita mengajak anak-anak memulai pembelajaran di kebun dengan basmallah, menanam biji dalam media semai, memperhatikan bentuk perubahan benih menjadi kecambah, bertambahnya dedaunan, membesarnya tangkai, kebutuhan akan sinar matahari, kecukupan air, dan tentu bentuk-bentuk tanggung jawab dan kasih sayang yang dimunculkan dalam kegiatan tersebut sungguh akan menanamkan nilai kemanusiaan dan penghambaan.

begitulah. mengajarkannya sangat mudah. membiasakannya hari per hari akan mengasah ketajaman iman dan banyak hal bijak. sederhana namun indah. sederhana namun efektif.

ohya...satu lagi. manakala kita mencoba untuk bergaul dengan fase ini...rasakan sensasi hidup yang akan muncul dalam diri kita. memahamkan cinta dalam koridor sesungguhnya. "Rabbana maa khalakta haadzal baathila subhanaka faqinaa adzaabannaar."

Ini kalimat yang diucapka nabi ketika melihat kuasa Allah. terbit dalamhati beliau pengakuan akan kesucian Tuhan dari segala sifat yang rendah, muncul dalam diri beliau pengakuan akan kemahaan Allah; juga muncul dalam dirinya permohonan agar dipelihara dari azab neraka.

mengapa "faqina adzabannar?" karena orang-orang yang menyifati dirinya dengan sifat kesombongan, menistakan ayat-ayat Allah akan diazab dalam neraka. so...mendekatkan anak dengan aktifitas yang "Sengaja" kita jadwalkan ini akan menjadi bagian dari pencegahan mereka kelak dari perbuatan munkar. that's great job, friends!

tak akan merepotkanmu wahai guru ketika muridmu bertanya pertanyaan-pertanyaan ajaib. kita akan mengajak mereka mengingat kembali tahapan belajar di "kebun". tak akan sukar bagi kita mengajarkan anak untuk selalu shalat 5 waktu, tak akan sukar bagi kita untuk mengajarkan anak rajin membaca Al Quran, dan beberapa materi yang "mungkin" tidak mereka sukai, semula harus dipaksa, dan ditemukan beberapa perdebatan tentang "minat".

ya, bahwa minat juga harus ditumbuhkan, yuk kita minati model pembelajaran seperti ini. wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...