Sunday, March 8, 2015

Ada apa?

Butuh kemahiran berbahasa yang baik, kematangan emosional yang memadai, dan kelapangan hati ketika kita berhadapan dengan konflik yang melibatkan individu-individu terdekat. Mereka yang dekat di hati, kadang tak perlu bicara banyak. Cukup melihat ekspresi, membaca text atau jeda pengambilan nafas kesimpulan awal itu bisa kita lakukan. Kesimpulan mengenai konflik-konflik yang terpendam dan siap meledak seperti bom di dalam sekam (kalau api kan ngga meledak :p).

Hm...saya tiba-tiba kehilangan kata-kata ya karena asam lambung naik. Ini mungkin disebabkan oleh imajinasi dan analisaku yang sudah jauh melayang ke mana-mana tentang kemungkinan konflik itu.

Kepada Allah Sang Penguasa Alam, aku bisikan permintaan agar hati-hati yang sedang menjauh itu akan kembali saling mencinta. Mungkin ini adalah fase pembelajaran bagi mereka, belajar untuk saling memahami, dan belajar untuk bijak dalam mengambil keputusan.

Perlukah ku bersuara? Sepertinya tahan dulu. Percaya bahwa kekuatan doa akan bekerja seperti biasa. Serahkan pada Allah karena semua pasti akan baik-baik saja pada akhirnya. Bukankah berkonflik adalah bagian dari pendewasaan?

Sahabat, kutunggu kau di ujung jalan itu ya...
Kusempat berlari kecil dan melompat menghindari genangan, 
tapi kau lihat bajuku juga tetap terkena noda

Bergegaslah kemari,
Ingin kupeluk engkau, 
sahabat dengan senyum riang dan tatap menggoda

Kau sahabat, saudara, bagian dari jiwaku dalam perjalanan ini.

Kutunggu kau, 
cepatlah ke sini.

2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...