Thursday, March 5, 2015

Sederhana tapi Cinta

Dzaki dalam cinta guru ketika usia 5 Tahun. Pededenus
Lucu ya judulnya, Sederhana tapi Cinta. Hahaha... Iya itu judul yang saya pilih karena terkadang banyak sekali dinding yang terbangun dikarenakan kita tak lihai mengungkapkan cinta. Dinding yang saya maksud itu ya semacam penghalang. Jarak yang sebenarnya tidak usah tercipta karena pasti menjadikan hubungan dua hati sekering sahara. Ahay... romantis banget.

Mengekspresikan cinta itu tidak harus dengan kata-kata, perbuatan sederhana yang tulus akan lebih terasa indah dan berbekas begitu dalam pada individu yang kita cintai. Hal sederhana ini perlu dilatih dan dibiasakan. Percaya deh, efek yang kita rasakan nanti akan begitu besar dan mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Contoh buat kita yang mengelola lembaga pendidikan, masalah yang sering ditemui adalah sekitar anak didik. Terkadang kemampuannya yang rendah atau perilaku yang di luar harapan dan lain-lain. Sederhana, cinta dapat mengubah anak-anak kita menjadi seperti yang didambakan. Tak perlu lagi berpanjang kalam menasehati mereka, tak perlu tarik urat syaraf berteriak-teriak dan memberikan punishment yang bertolak belakang dengan hati nurani, dan cara sederhana itu akan begitu mengena.

Dzaki usia 10 Tahun tetap dalam cinta gurunya.
Mengalami perkembangan luar biasa.
Sederhana tapi Cinta itu seperti misalnya:

1. Menatap dengan ekspresi yang jujur.
Ekspresi itu bisa sedih, marah, kecewa, atau bahagia, penuh harap maupun bangga. Tak perlu banyak kata yang penting di semua rasa itu pancarkan juga cinta di dalamnya, maka murid kita akan menangkap sinyalnya dengan baik. Mereka akan paham tapa banyak bicara.
2. Menepuk atau mengusap lembut punggung atau kepala.
Selain mengaktifkan syaraf di tulang belakangnya, praktik ini akan meningkatkan percaya diri dan kebahagiaan. Ingat, rasa bahagia akan juga meningkatkan prestasi belajar.
3. Menggenggam tangannya sambil tersenyum.
Anak-anak akan merasa tertolong ketika pendidik melakukan ini. Ia percaya bahwa masalah yang dihadapinya tak begitu besar karena ada guru yang hebat yang selalu mendampingi.
4. Mendoakan pada saat-saat mustajab sambil membayangkan wajahnya.
Cara ini paling "manjur" untuk mengarahkan anak didik ke jalur ideal yang kita harapkan.

Ah... itu dulu sepertinya ya. Sederhana, kan? Kita lakukan seminggu dan saksikan perubahan yang luar biasa. Mau lebih dahsyat lagi? Lakukan secara bersama-sama. Lakukan bersama para guru lainnya, lakukan bersama orang tua di rumah.

2 comments:

  1. Sederhana tapi Cinta, manis sekali :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah... Bunda Eva...memang manis sekali... laksana gula :*

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...