Thursday, May 7, 2015

Yang Dekat di Mata, Dekat di Hati (Plus Episode Urut di Haji Naim)


Benar kata papa. beliau yang selalu support menemani kami tretament di Haji Naim bersama Om Rusyud dan Ertiganya mengingatkan, "Tidak ada orang yang minta celaka atau ingin mencelakai." Hm... semua kehendak Allah SWT. yakin saya sepenuh-penuhnya bahwa ini merupakan episode indah yang Allah siapkan dan skenariokan bagi kami sekeluarga.

Sakit yang diderita suamiku karena patah kaki dalam kecelakaan tak memungkinkan ia untuk mengurus keperluan pribadinya sendiri. Aku lah tangan kanan dan tangan kirinya. Aku matanya, aku kakinya. Sabar. Kami sering berbagi kekuatan. Kala ku tak kuat dan menangis di dadanya, ia berujar agar aku sabar. Kala ia kesakitan dan aku hanya bisa memijat di bagian kakinya yang sehat...aku juga berujar agar ia sabar. Kadang aku meledekinya dengan candaan dan kami tertawa bersama kala air mata masih menggantung. Romantis dan lucu. Kadang kalau lagi iseng ada juga niatan bikin naskah stand up tentang kejadian ini. :p

Satu terapis membantu buka perban. Setelah selesai maka diteruskan yang lain.
Bergantian orang-orang baik datang dan mendoakan. Yang tak sempat datang, menelepon...tak sempat menelepon, berkirim pesan...semua support. terutama keluarga Jingga. Dari siswa SD1 sampai Direktur Pendidikan (Pak Ari Maryadi) datang mengunjungi. Pak Ari ini kami kenal sudah lama sekali. Sejak saat mengenal hingga sekarang, hati kami selalu terpaut dikarenakan kesamaan visi dan misi (ehm...sebenarnya beliaulah yang membimbing dan membuka kesempatan untuk berkiprah di dunia pendidikan juga di HPAI). Subhanallah indahnya berjamaah. Mereka itu dekat di mata, dekat di hati.

Terapi yang kami pilih bukan hal aneh. Sebagian besar yang datang menjenguk menambahkan cerita motivasi, bahwa kecelakaan pada A, B, C terjadi lebih berat dan mengerikan. Tulang kaki hancur dan harus amputasi akhirnya sembuh. Tulang belakang patah pun demikian. ya... Alhamdulillah biidznillah mereka sembuh. Normal seperti sedia kala. Pengobatan yang dipilih adalah terapi di Ahli Patah Tulang. Rata-rata rujukan yang mereka sebutkan menggunaka minyak Cimande. Bisa jadi mereka itu satu guru satu ilmu, hehe... Kami memilih berobat ke Haji Naim daerah Cilandak. Untuk obat penahan rasa sakit, recovery tulang dan sel...kami menggunakan Gamat dan Pegagan HS produk HPAI. Tentu ditambah Minyak But But.

Namanya John. John Travolta. Kocak dan favorite suamiku.
"Lah request, kyak penyanyi dangdut aja."
Tentang Haji Naim. Konon Haji Naim sudah meninggal dan terapisnya adalah para murid beliau. Sebagian sudah sangat maju. Ada yang buka praktik di rumah masing-masing ada pula yang praktik di "rumah teriak". Ya isinya teriakan tertahan yang keluar dari mulut pasien. Kenapa tertahan? Terapisnya lucu. Sungguh, seperti melihat dagelan dan lenong atau ketoprak betawi. Beberapa kali suamiku dicandai, "Et dah, berisik tau...tereak tereak." Atau candaan yang agak gitu deh atau pukulan ringan di daerah yang tak sakit...kadang bikin shock juga. haha... baru setelah sadar mereka bercanda kami ikut tertawa. Begitulah terapi di sana...5 hari sekali kami disuguhi "perlakuan" yang merontokan ketegangan.

Di kunjungan ke-4 suamiku sudah diijinkan menggunakan tongkat. Rasanya tuh...bahagia banget. setelah beberapa malam mimpi dirinya bisa jalan lagi :'(

Terapisnya juga senang melihat kemajuan beliau. punggung kaki sebelah kiri sudah tidak terlalu bengkak...nyaris sempurna kempesnya (apaan coba nih bahasa). Perban sudah semakin memendek. Perkiraan saya 2 bulan ia sudah bisa jalan dengan menapakkan kakinya lagi. Bantu doa ya...

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...