Monday, August 17, 2015

Tiga Hal Mendasar dalam Menyelenggarakan Pendidikan

Sebuah ceramah di YouTube menyentakku. Judulnya The Secret of  Knowledge. Kurang lebih isi ceramah singkat ini yang berdurasi 03:26 menit ini mengingatkan bahwa tujuan manusia menjadi berpengetahuan adalah "Taqwa". Kadar "berpengetahuan" seseorang terlihat dalam tindakan dan sikapnya. Pilihan sikap dan tindakan yang diambil kemudian menjadi refleksi kedalaman pengetahuan (ilmu)-nya.

Sumber: https://www.facebook.com/SAJinggaBekasiUtara 
Lantas, apakah lembaga pendidikan yang telah memberikan porsi pengetahuan agama telah sukses menjadikan seorang anak menjadi insan yang bertakwa seperti banyaknya spanduk-spanduk sekolah yang mencantumkan hal ini sebagai visi misi? Apakah saat ini generasi yang dititipkan di lembaga tersebut mencerminkan limpahan materi pelajaran yang diberikan selama bertahun-tahun? Terlihat berbahagiakah mereka dengan tahun-tahun yang mereka lalui selama menimba ilmu di sekolah? Tidak. Sungguh tidak. Sepupu dan beberapa ponakan yang dititipkan di pesantren jika pulang ke rumah membuat hati keluarga gundah gulana. Shalat kesiangan, senangnya main hape dan tidur sepanjang hari di kamar, cuek dengan kebersihan sekitar, dan memilih menggunakan pakaian "gaul" yang jauh dari kebiasaan harian selama di pesantren. Entah di mana letak errornya. Bab ini akan dibahas oleh orang yang pandai menganalisa. Saya tak begitu lihai soal ini. Tapi sebagai individu merdeka saya ingin berpendapat di sini. Jadi, tulisan ini bersifat subjektif walau saya akan menampilkan beberapa data yang membuat kesimpulan subjektif itu muncul.

Digested, processed, personalised. Itulah 3 kata kunci sebuah lembaga pendidikan sebaiknya. Instalasi pengetahuan menuju takwa idealnya meliputi Penggalian, Pemrosesan, dan Pembentukan Pribadi.

Penggalian. Benar dan salah memang doktrin. Namun, untuk mengetahui itu semua siswa diharapkan menggali informasi secara mendalam dan detil hingga mereka mendapatkan manuskrip Al Haq sebagai bagian dari perjalanannya sebagai pembelajar.

Pemrosesan. Ada kalanya doktrin berbenturan dengan logika manusia yang berkembang seiring kemajuan zaman. Siswa sebaiknya masuk dalam sebuah tahap transformasi secara normal, bukan hanya normatif. Mereka melibatkan diri dalam area penerimaan informasi yang dikemudian hari akan menjadi prinsip hidup.  Tentu saja tahapan ini tak mudah. Bukankanh menjadi "berbeda" adalah hal yang tak nyaman bagi kebanyakan orang? Terlebih pada fase remaja, manakala ia butuh eksistensi dan pengakuan dari kelompok sebaya (peer group) juga lingkungan.

Pembentukan Pribadi. Seperti yang dikatakan Abdullah Ibn Mas'ud yang dikutip oleh ceramah yang saya sebut di atas, bahwa "Real knowledge is what reflects in your action". Butuh waktu yang tak sebentar untuk membiasakan hal-hal baik dalam diri manusia. paling cepat 3 bulan dan sebagian lain membutuhkan waktu 1 tahun. Kebiasaan baik bermula dari pengetahuan yang bertransformasi menjadi prinsip hidup. Inilah raport yang tak bisa direkayasa. Raport hidup dari sebuah lembaga pendidikan terlihat dalam kepribadian anak didik.

Jadi, apakah 3 proses itu sudah dijalankan oleh kebanyakan lembaga pendidikan di negara yang kita cintai ini? kalau belum, kita mulai yuk untuk menerapkannya. Bersama-sama menjadi lebih mudah.

Jika Anda adalah orang tua, maka yang harus diingat bahwa tanggung jawab pendidikan terbesar berada di tangan Anda bukan di pundak lembaga pendidikan. Namun, memilih lembaga pendidikan yang tepat adalah hal yang penting untuk dilakukan.

Jika Anda adalah pendidik, maka yang harus diingat adalah target pendidikan bukan menjadikan anak "pandai" namun berakhlak. Tahapan ini pun tak bisa dibilang mudah. maka, bekerjasamalah dengan orang tua untuk memantau dan membimbing mereka.

4 comments:

  1. Proses mendidik dilupakan oleh lembaga pendidikan yg ada hari ini..semua anak disamaratakan, menerima pelajaran yang seabreg banyaknya..dijelali PR yg banyak stiap harinya..sehingga kebanyakan mereka tidak menikmati belajar, nggak suka belajar..saya berusaha belajar jadi orangtua yg baik buat anak saya kelak..dan memang butuh perubahan pada sistem pendidikan yg tak mampu menciptakan pribadi baik anak2 kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba eva seperti itulah kenyataannya. semoga bisa menemukan lembaga pendidikan yang bisa bersinergi dengan idealisme yang kita miliki ya. Aamiin

      Delete
  2. sangat setuju, sebagai orang tua yg baru belajar, saya berusaha keras anak-anak mendapat pelajaran dasar dari kami keduaorang tuanya, mulai dari membaca, berhitung, mengaji dan harus hafal surat alfateha dari kami...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak... semoga semua orang tua selalu memacu diri untuk belajar agar rekam jejak dalam diri anak lebih banyak bicara tentang peran kita sebagai orang tuanya.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...