Monday, August 17, 2015

Manajemen Masjid dan Para Penghapal Al Quran

Sumber gambar: www.ydsf.org
Masjid berasal dari kata sajada bermakna tempat sujud/sholat. Masjid bukan milik pribadi, tapi milik bersama yang harus diurus secara bersama-sama dengan kerjasama yang baik.

Secara ideal, definisi masjid seperti yang disampaikan di atas itu. Menjadi tempat shalat dan dikelola bersama-sama. Namun, saat ini  banyak kita temukan masjid-masjid yang dibangun untuk prestise dan menjadi milik pribadi. Masjid dikunci dan digunakan untuk sebagian kepentingan dari sebagian kelompok. Bahkan, ada masjid yang dibangun dengan misi terpendam, yaitu menghadirkan kegelisahan, ketakutan, keterancaman. Bahkan ada yang memang ditujukan untuk memecah belah ummat. Sayang sekali, masjid jenis ini dinamakan oleh Rasulullah sebagai Masjid Dhirar yang keberadaannya harus dihancurkan. Namun, fokus tulisan saya kali ini adalah untuk menyampaikan kembali fungsi masjid seharusnya.

Masjid dalam banyak literatur difungsikan Rasulullah sebagai tempat:

a) berkonsultasi dan berkomunikasi tentang keislaman dan kehidupan sehari-hari
b) berdakwah atau syiar agama Islam
c) mentranformasi ilmu pengetahuan atau tempat pendidikan
d) berkontak sosial
e) latihan militer
f) perdamaian dan musyawarah
g) pusat penerangan, peradaban dan kebudayaan Islam
h) tempat pengobatan
g) lain-lain.

Menelusuri kembali kejayaan Islam, ada baiknya kita kembali menghidupkan dan memfungsikan masjid sebagai mana Rasulullah mencontohkan. Ini juga yang menjadi kunci kebangkitan umat. Siapa yang akan menjalankan? Tentu bukan Remaja Masjid yang dari penamaannya saja sudah kurang tepat. Sedikit informasi, di dalam Islam, pembagian usia secara umum adalah pra akil baligh dan akil baligh (akil terkait kemampuan mentalnya untuk mengemban tanggung jawab pribadi juga sosial dan baligh adalah masa pubertas). Posisi manajer untuk pengelolaan masjid sebaiknya ada di tangan Para Penghapal Al Quran.

Para Hafidz ini ditempa di pesantren atau lembaga penghapa Al Quran. Mereka selayaknya juga diajarkan metode manajerial masjid. Mengapa? Jawabannya, karena merekalah manusia penjaga kalimat Allah. Mereka menghapal Quran (dan sebaiknya) juga mengimplementasikan hapalannya akan tata aturan Ilahiah itu dalam kehidupan. Tata kehidupan yang real ada di masyarakat dan pusat kehidupan masyarakat muslim (seharusnya) adalah masjid.

Berikut ini materi manajemen yang perlu diajarkan di pesantren-pesantren penghapal Al Quran:
a. Manajemen Bangunan
b. Manajemen Kepengurusan
c. Manajemen Kepemimpinan
d. Manajemen Kesekretariatan
e. Manajemen Keuangan
f. Manajemen Dana dan Usaha
g. Manajemen Pembinaan Jama’ah
h. Manajemen Kesejahteraan Umat
i. Manajemen Pembinaan Pemuda

Semoga tulisan ini menginspirasi kita untuk berbuat lebih banyak lagi. Aamiin. Point-point yang saya sebutkan di atas akan dibahas pada tulisan selanjutnya inshaAllah.

Referensi: https://www.academia.edu/9850276/Manajemen_Masjid

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...