Pernah adalah kata yang cocok untuk mengalami. Tapi sayangnya seringkali pengalaman hanya menjadi memori. Kita tidak terlatih untuk mengambil pelajaran dari apa yang pernah menjadi bagian dari waktu kita. Pernah mengalami kegagalan, melakukan kesalah, kembali di jalan yang salah karena tertipu, mengalami kerugian, kecewa dengan harapan yang disematkan, dan lain-lain. Contohnya kok pahit semua? Ya kadang-kadang pengalaman menyedihkan adalah pelajaran yang paling ampuh bagi seseorang. Jadi momen terbaik untuk intropeksi dan mengambil pelajaran. Tahap ini adalah waktu yang sangat baik dari semua pengalaman. Setelah mencatat beberapa hal untuk jadi peringatan bagi diri sendiri, biasanya sih jadi lebih hati-hati. Kita jadi lebih perhitungan, lebih matang merencanakan, dan sebagainya.
Kemampuan mengambil hikmah dari
setiap kejadian bukan muncul begitu saja. Harus dilatih. Beberapa tools dapat kita gunakan untuk mengikat
pengalaman atau pun segala hal yang berbau “pernah”. Bukan hanya pengalaman
menyedihkan saja, semua hal yang dialami jika diberikan ruang untuk dicari
hikmah atasnya maka akan menjadi pelajaran yang sangat baik bagi pendewasaan
tiap individu.
Secara umum keterampilan berpikir
untuk menilai pembelajaran diri sendiri (dari pengalaman dll) disebut self
assessment. Lebih sistematik jika kita menggunakan keterampilan berpikir yang
disebut Higher Order Thinking Skills. Masih dalam area Design Thinking yang
agak terkenal di kalangan pendidik jaman sekarang, Higher Order Thinking Skills
ini sangat sesuai dilatih sejak usia dini. Biasanya setelah mengalami, kita akan
menyadari bahwa dalam melakukan beberapa aktivitas tersebut kita mengetahui
beberapa hal baru (remembering) dan kemudian memahami apa yang menyebabkan atau
apa yang mempengaruhi hal-hal tersebut terjadi (understand). Suatu saat
pengetahuan tersebut akan memimpin kita untuk menjadi acuan dalam melakukan atau
membuat sesuatu sebagai produk pemecahan masalah maupun penjabaran ide (apply).
Dilanjutkan dengan analisa lalu mengevaluasi. Menyadari pentingnya mengikat
pengalaman, Saga Lifeschool menyertakan para fasilitatornya untuk terbiasa
dipraktikan di kelas.
Tahapan belajar dengan
keterampilan berpikir diterapkan di SagaLifeschool sejak sekolah dasar. Siswa sudah dibiasakan untuk menerapkan keterampilan
berpikir ini. Tentu sebelumnya, mereka dilibatkan dengan berbagai pengalaman.
Bentuk respon siswa diarahkan dengan menggunakan Higher Order Thinking Skills
dari yang paling sederhana hingga mereka terbiasa untuk mencari tahu dan
menjadikan pengalaman sebagai proses belajar yang pada akhirnya membentuk
karakter.
Ilustrasi pengalaman yang diubah
menjadi pembelajaran secara alami insyaallah saya tampilkan di post
selanjutnya. Saya kumpulkan dulu dari para fasilitator keren di SagaLifeschool. Stay tune!
No comments:
Post a Comment