Tuesday, December 1, 2020

Pernah

Pernah adalah kata yang cocok untuk mengalami. Tapi sayangnya seringkali pengalaman hanya menjadi memori. Kita tidak terlatih untuk mengambil pelajaran dari apa yang pernah menjadi bagian dari waktu kita. Pernah mengalami kegagalan, melakukan kesalah, kembali di jalan yang salah karena tertipu, mengalami kerugian, kecewa dengan harapan yang disematkan, dan lain-lain. Contohnya kok pahit semua? Ya kadang-kadang pengalaman menyedihkan adalah pelajaran yang paling ampuh bagi seseorang. Jadi momen terbaik untuk intropeksi dan mengambil pelajaran. Tahap ini adalah waktu yang sangat baik dari semua pengalaman. Setelah mencatat beberapa hal untuk jadi peringatan bagi diri sendiri, biasanya sih jadi lebih hati-hati. Kita jadi lebih perhitungan, lebih matang merencanakan, dan sebagainya.

Kemampuan mengambil hikmah dari setiap kejadian bukan muncul begitu saja. Harus dilatih. Beberapa tools dapat kita gunakan untuk mengikat pengalaman atau pun segala hal yang berbau “pernah”. Bukan hanya pengalaman menyedihkan saja, semua hal yang dialami jika diberikan ruang untuk dicari hikmah atasnya maka akan menjadi pelajaran yang sangat baik bagi pendewasaan tiap individu.

Secara umum keterampilan berpikir untuk menilai pembelajaran diri sendiri (dari pengalaman dll) disebut self assessment. Lebih sistematik jika kita menggunakan keterampilan berpikir yang disebut Higher Order Thinking Skills. Masih dalam area Design Thinking yang agak terkenal di kalangan pendidik jaman sekarang, Higher Order Thinking Skills ini sangat sesuai dilatih sejak usia dini. Biasanya setelah mengalami, kita akan menyadari bahwa dalam melakukan beberapa aktivitas tersebut kita mengetahui beberapa hal baru (remembering) dan kemudian memahami apa yang menyebabkan atau apa yang mempengaruhi hal-hal tersebut terjadi (understand). Suatu saat pengetahuan tersebut akan memimpin kita untuk menjadi acuan dalam melakukan atau membuat sesuatu sebagai produk pemecahan masalah maupun penjabaran ide (apply). Dilanjutkan dengan analisa lalu mengevaluasi. Menyadari pentingnya mengikat pengalaman, Saga Lifeschool menyertakan para fasilitatornya untuk terbiasa dipraktikan di kelas.

Tahapan belajar dengan keterampilan berpikir  diterapkan di SagaLifeschool sejak sekolah dasar. Siswa  sudah dibiasakan untuk menerapkan keterampilan berpikir ini. Tentu sebelumnya, mereka dilibatkan dengan berbagai pengalaman. Bentuk respon siswa diarahkan dengan menggunakan Higher Order Thinking Skills dari yang paling sederhana hingga mereka terbiasa untuk mencari tahu dan menjadikan pengalaman sebagai proses belajar yang pada akhirnya membentuk karakter.

Ilustrasi pengalaman yang diubah menjadi pembelajaran secara alami insyaallah saya tampilkan di post selanjutnya. Saya kumpulkan dulu dari para fasilitator keren di SagaLifeschool. Stay tune!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...