Friday, March 6, 2015

Menabung Benih dan Bershadaqah bagi Lingkungan (Menjadi Karyawan Allah)

Ide ini sudah banyak yang menerapkannya. Cari saja di google dengan keyword Saving Seeds. Rata-rata kegiatan ini dilakukan oleh para petani di Eropa mengingat mereka mengalami lebih dari 2 (dua) musim dan ketika cuaca sedang ekstrim, para petani kesulitan memperoleh benih untuk pertanian mereka.

Tulisan in tidak dimaksudkan untuk memaparkan tentang teknis menabung benih. Namun, untuk pembaca yang ingin serius melakukannya silakan pelajari web ini atau membaca link ini untuk panduan praktis berbahasa Indonesia


Saya hanya ingin menularkan semangat bertanam, bahwa benih yang kita tabung akan sangat bermanfaat bagi kehidupan. Jika kita tak bisa menyimpannya dalam bentuk biji yang siap tanam, maka semailah bijinya. Rawat selama beberapa bulan. Jika tanah yang kita miliki tak memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman tersebut, maka ada tiga solusi sederhana:

1. Pindahkan dalam pot yang lebih besar, drum bekas, atau ember bekas. Tabulapot sudah cukup umum dipergunakan oleh banyak orang.
2. Infakkan. Umumkan bagi siapa pun untuk mengadopsi tanaman-tanaman tersebut. Mintakan pada orang yang mengadopsi untuk benar-benar merawat tanaman tersebut hingga hasilya bisa dimanfaatkan banyak orang.
3. Jual. Ya, kita bisa dapatkan dengan mudah floris-floris di pinggir jalan raya. Jual ke mereka dan rasakan manfaat finansial yang "lumayan". Kecuali jika kita membibitkan dalam jumlah yang banyak, maka bukan lumayan lagi tapi keuntungan yang besar menanti kita. ya, dari biji sisa makan buah atau biji-bijian dan umbi-umbian yang kita sisihkan dari dapur, dan dengan perawatan yang tidak rumit maka kegiatan ini bisa jadi sumber penghasilan.


Benih kurma yang siap pindah tanam.
Benih rambutan.
benih tomat cerry dan sawi sendok.
Coba kita bayangkan, ketika benih pohon yang kita tanam ini tumbuh subur, membantu suplay oksigen, rindangnya meneduhkan pejalan kaki yang lewat, buahnya atau daunnya memberikan manfaat bagi kesehatan keluarga mau pun masyarakat sekitar dan kemanfaatan ini berlangsung bertahun-tahun maka berapa banyak orang yang terbantu dengan aktivitas sederhana ini? Apalagi ketika kita mengajak anak, kerabat, tetangga untuk melakukannya bayangkan kebaikan yang kita lakukan berlipat ganda mashaAllah. Bayangkan jika hal ini menginspirasi lebih banyak orang. Atas ijin Allah maka lingkungan sekitar kita menjelma menjadilingkungan yang sehat dan dunia yang kita tumpangi ini menjadi tempat yang lebih layak untuk ditinggali.

Eh iya, ada lagi...satu hal penting bahwa petani disebut-sebut sebagai "karyawan Allah".  Wahhh luar biasa ya (ekspresi berbinar-binar). Lebih lengkapnya baca kutipan ini ya:

Rasulullah s.a.w. menerangkan soal ini:
Beliau menyebutkan hadits yang diriwayatkan Anas Rodhiyallohu ‘Anhu dari Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَ فِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيْلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ تَقُوْمَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang diantara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka hendaklah dia menanamnya.”(HR. Imam Ahmad 3/183, 184, 191, Imam Ath-Thayalisi no.2078, Imam Bukhari di kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 479 dan Ibnul Arabi di kitabnya Al-Mu’jam 1/21 dari hadits Hisyam bin Yazid dari AnasRodhiyallohu ‘Anhu)
Syaikh Al-Albani rohimahulloh menjelaskan bahwa hadits ini menyiratkan pesan yang cukup dalam agar seseorang untuk memanfaatkan masa hidupnya untuk menanam sesuatu yang dapat dinikmati oleh orang-orang sesudahnya, hingga pahalanya mengalir sampai hari kiamat tiba.
Saya katakan: “Begitulah usaha bercocok tanam masih diperlukan sampai akhir zaman walaupun sebentar lagi orang yang menanam tersebut meninggal termasuk ketika hari kiamat hendak terjadi. Meskipun penanam tanaman tersebut tidak sempat menikmatinya. Kita tentu masih ingat pepohonan yang sudah besar dan berbuah, sebagiannya adalah ditanam oleh orang-orang yang telah meninggal. Meskipun orang-orang tersebut sudah meninggalkan dunia yang fana ini, tetapi manfaat dari pohon yang mereka tanam masih dapat kita nikmati.
Apabila mereka muslim maka mereka akan mendapat pahala selama pohon tersebut berproduksi bahkan sampai hari kiamat sebagaimana hadits:
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim hadits no.1552(10))
Selanjutnya Syaikh Al-Albani rohimahulloh membawakan dua hadits lagi yaitu yang diriwatkan oleh Abu Dawud Al-Anshari dengan sanad yang shahih, dia berkata: : “Abdullah bin Salam Rodhiyallohu ‘Anhu berkata kepadaku:
إِنْ سَمِعْتَ بِالدَّجَالِ قَدْ خَرَجَ وَ أَنْتَ عَلَى وَدِيَّةٍ تَغْرِسُهَا, فَلاَ تَجْعَلْ أَنْ تُصْلِحَهُ, فَإِنَّ لِلنَّاسِ بَعْدَ ذَلِكَ عَيْشًا
“Jika engkau mendengar bahwa Dajjal telah keluar sedangkan kamu sedang menanam bibit kurma maka janganlah kamu tergesa-gesa untuk memperbaikinya, karena masih ada kehidupan setelah itu bagi manusia.”
Ibnu Jarir rohimahulloh meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari Ammaroh bin Khuzaimah bin Tsabit, yang berkata: Saya mendengar Umar Bin Al-Khaththab Rodhiyallohu ‘Anhu berkata kepada ayahku: ‘Apa yang menghalangimu untuk menanami tanahmu? Ayah saya menjawab: ‘Saya sudah tua dan besok akan mati.’ Kemudian Umar berkata: ‘Aku benar-benar menghimbaumu agar engkau mau menanaminya.’ Sungguh aku melihat Umar bin Khaththab menanam bersama ayahku dengan tangannya.” Begitulah di Al-Jami’al Al-kabir karya Imam As-Suyuti.
Selanjutnya Syaikh Al-Albani rohimahulloh menjelaskan: “Oleh karena itu ada sebagian sahabat yang menganggap bahwa orang yang bekerja untuk mengolah dan memanfaatkan lahannya adalah karyawan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Al- Imam Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Adabul Mufrad hadits no. 448 meriwayatkan sebuah hadits dari Nafi’ bin Ashim bahwa dia mendengar Abdullah bin Amr berkata kepada salah seorang anaknya yang keluar ke tanah lapang (kebun): “Apakah para karyawanmu sedang bekerja?”
Lalu Abdullah bin Amr menyambung: “Seandainya engkau orang yang terdidik, niscaya kamu akan memperhatikan apa yang sedang dikerjakan oleh para karyawanmu.” Kemudian Abdullah bin Amr menoleh kepada kami, seraya berkata: “Jika seseorang bekerja bersama para karyawannya dirumahnya.” (Dalam kesempatan lain, perawi berkata: “Pada apa yang dimilikinya”), maka ia termasuk karyawan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Insya Allah sanad hadits ini hasan.
Kata Al-Wahthu disini berarti Al-Bustan yaitu tanah lapang yang luas milik Amru Bin Ash Rodhiyallohu ‘Anhu yang berada di Tha’if, kurang lebih tiga mil dari Wajj. Tanah itu telah diwariskan kepada anak-anaknya (termasuk kepada Abdullah bin Amr rodhiyallohu ‘Anhuma). Ibnu Asakir meriwayatkan di dalam kitabnya At-Tarikh (13/264/12) dengan sanad yang shahih dari Amru bin Dinar, ia mengatakan: “Amru bin Ash berjalan melalui sebidang kebun miliknya dengan satu juta kayu yang dipergunakan untuk menegakkan pohon anggur. Satu batangnya dibeli dengan harga satu dirham. Itulah beberapa perkataan sahabat rodhiyallohu ‘anhum yang muncul akibat memahami hadits-hadits diatas.
Imam Bukhari rohimahulloh memberi judul untuk dua hadits yang pertama dengan judul: “Keutamaan Tanaman yang dapat dimakan.” Di dalam kitab shahihnya.
Sepertinya lebih dari cukup celoteh saya hari ini. Semoga bermanfaat bagi kawan semua.

2 comments:

  1. Aduh senangnya punya hobby bertanam :) cantik2 deh seni tanamannya mak :)

    ReplyDelete
  2. Wahhh Mak Christianty...daku masih pemulaaa... butuh banyak ilmu lagi. Tapi memang iya, senang rasanya melihat perkembangan dari butiran biji menjadi tanaman yang cantik-cantik. Makasih ya Mak sudah mampir... :*

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...