Tuesday, July 12, 2016

Dua Jalan, Kefasikan dan Ketakwaan

Ada suatu masa ketika kita yang masih dhaif dan haus ilmu ini termenung-menung setelah mengalami shock dengan berbagai kalimat yang diakhiri kalimat tanya, "Kok bisa ya?" Kok bisa, Si A merendahkan orang lain secara terang-terangan? kok bisa Si B menjelek-jelekan darah dagingnya sendiri di depan para tetamu? Kok bisa Si C melakukan Z, kan ilmunya tinggi dan pengalamannya luas? Kok Si D melakukan X padahal UVW.

Ya bisa. Kita ini manusia yang diilhamkan jalan taqwa dan jalan kefasikan (dalam terjemahan). Yuk kita cek ayat ke-8 surat asy syam dalam Al Quran, namun jangan lupa baca ayat sebelum dan sesudahnya:

(7). وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),


(8). فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,


(9). قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,


(10). وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Saya mentafakuri surat Asy Syam ini dan menyadari benar bahwa pemahaman anak dilahirkan sebagai kertsa putih itu tidak benar. Semua manusia telah diinstal kefasikan dan ketakwaan. Maka kita akhirnya teringat hadits mengenai fitrah manusia yang sebenarnya Islam, namun karena "didikan orang tua" maka sang anak menjadi Yahudi, Nasrani, maupun Majusi.

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. [HR. al-Bukhâri dan Muslim]

Kembali lagi ke surat Asy syam, di ayat ke-9 dinyatakan bahwa beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Terlihat jelas, bahwa seorang anak manusia lagi-lagi harus masuk ke area proses pensucian atau tazkiah hingga fitrah ketakwaan akan menjadi dominan dalam dirinya. Manakala fitrah itu dikotori, maka jalan kefasikan membuat dirinya selalu merugi.

"Kok bisa? Kalau saya jadi dia mungkin blablablabla"

Lantas, pertanyaan "Kok bisa?" menjadi larut dalam keprihatinan. Keheranan yang sama juga dialami oleh para malakut Allah SWT ketika  Nabi Adam as.dideklarasikan akan menjadi khalifah di dunia. Mereka bertanya pada Allah: "Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)

"Perusak" melekat dalam spesifikasi diri Nabi Adam as. namun Allah SWT menjadikan kemampuan "merusak" ini sebagai upaya penegakan peradaban kemanusiaan. Tak ada "perusakan" maka tak ada kemajuan. Namun, hanya pemimpin yang taat pada Allah saja yang mampu menjalankan misi "merusak untuk membangun" ini sesuai dalam koridor.

Lantas, pertanyaan "Kok bisa?" menjadi larut dalam permakluman. Ya, berarti jika hal-hal yang tidak bisa kita terima karena mengetahui mana haq mana bathil hadir, karena ada fitrah yang terluka. Seperti yang disampaikan Ustad Harry Santosa. Ya mungkin ada fitrah yang tidak dipelihara, tidak dirawat dan ditumbuhkan, tidak dibangkitkan, tidak terjadi penyadaran potensi yang ada pada diri manusia secara hati-hati.

Ah, ah... saya bersyukur bisa belajar dari Ustad Adriano Rusfi dan Ustad Harry Santosa mengenai pendidikan yang sesuai dengan fitrah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya sebagai anak, sebagai orang tua, sebagai menantu, sebagai sibling :'(. Semoga saya diberikan kekuatan untuk melawan jalan kefasikan dan istiqomah dalam jalan ketaqwaan. Doa yang sama untuk temans pembaca artikel ini.

Ah, ah...sepertinya saya harus mulai bergegas menyatukan langkah dengan suamiku sayang untuk membenahi beberapa hal. Dimulai dari diri kami dan semoga berefek baik untuk anak-anak kami, keluarga besar kami, dan masyarakat sekitar. Semoga kami mampu membina diri sesuai adab, melatih kedisplinan, kepatuhan, kemuliaan, kegagahan, martabat dan harga diri, perjuangan, pengorbanan.


رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِلْإِيمَٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (Qs. Ali Imran, ayat 193)

Sumber inspirasi:
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa/posts/10209786081638878
https://www.facebook.com/profile.php?id=861120631&fref=ts

2 comments:

  1. Bagus tulisannya mba.. Subhanallah.. Jadi pengingat diri juga untuk terus berbenah..

    berkunjung dan follow blog saya juga ya mba, www.theamazingjasmi.com.

    makasih mba ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf saya baru baca komennya. Terima kasih semoga saling menyemangati dalam kebaikan yaaaa

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...