Friday, December 18, 2020

Backmasking

Menjadi kegusaran bagi saya ketika saya kehilangan sebuah kata untuk mewakili sebuah konsep. Alhamdulillah setelah dikulik, kata yang hilang ini akhirnya muncul lagi. Backmasking adalah kata yang hilang itu. Saya awalnya sadar bahwa kata itu hilang ketika saya tidak menggunakannya, tidak mengabadikan dan mengikatnya. Seperti yang kita ketahui Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai ini yang dituliskan dalam Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026,

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya

Oleh karena itu, Backmasking menjadi judul tulisan kali ini. Teknik ini adalah cara menyembunyikan pesan dalam lagu. Untuk menyamarkannya ada yang dibuat seperti berbisik, tertutup oleh suara bising, atau baru muncul setelah diputar balik. Biasanya Backmasking digunakan oleh kelompok yang melakukan ritual kegelapan, menyembah setan.

Ternyata selain pesan yang bisa diperoleh menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau yang biasa disebut Higher Order Thinking Skills, ada bentuk pesan terselubung yang hanya bisa diperoleh dengan teknik media tertentu. Di satu sisi saya merasa miris, untuk kecerdasan literasi saja para guru harus menggenjot agak keras agar siswanya terlatih apalagi dengan metode Backmasking. Makin banyak pesan yang tidak tertangkap yang menyebabkan banyak orang tersesat tanpa sadar.

Teringat hadits Rasulullah yang mengingatkan kita, bahwa:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR Musim – Shahih)


Muncul pertanyaan saya untuk diri sendiri, sudah sampai mana saya mempersiapkan diri ini menjadi orang tua dan guru yang baik? Sudah melakukan apa saja agar generasi yang ditinggalkan nanti menjadi generasi yang cerdas dan menjadi pembela agama?

Sore merangkak malam. Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk berbagi. Semoga bermanfaat apa yang saya tebar di sini.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...