Pemagangan akrab kita dengar dan dilakukan oleh siswa di sekolah tingkat atas khususnya di sekolah kejuruan. Biasanya diselenggarakan untuk melihat apakah para siswa ini dapat mengaplikasikan teori yang didapat di dunia kerja. Di sekolah alam, pemagangan ini dilakukan bahkan sejak sekolah dasar kelas 5 dan 6 sampai SMA kelas tertinggi. Makna pemagangan mengalami perluasan di sini.
Siswa memulai
kegiatan pemagangan tidak sebatas untuk mendapatkan pengalaman bekerja saja.
Pemagangan di sekolah alam dimulai dari usia yang mungkin bagi sebagian orang
terlihat “terlalu dini”. Padahal sebelum keterampilan menguasai beberapa hal
khusus yang sangat diperlukan oleh seorang individu di dunia kerja, ia perlu mencapai
kematangan sosialnya terlebih dulu dan bidang ini harus dilatih sejak kecil
agar karakter baik juga karakter kuatnya tumbuh dengan baik. Menurut Majalah YFS,
karakter yang diharapkan dari proses magang adalah Inisiatif, Perilaku yang
Positif dan Kemauan untuk Belajar, Kemampuan Beradaptasi, Kemampuan Bicara
secara Profesional, dan Kemampuan Berpikir Kritis.
Lima karakter
tersebut seperti yang kita ketahui, tidak hanya diperlukan untuk menjalankan
pekerjaan di bidang tertentu, namun menjadi bekal berkehidupan yang
berkualitas. Karakter yang akan muncul dalam pemagangan inilah yang menyebabkan
Saga Lifeschool mempersiapkan siswa untuk mengalami pengalaman magang sejak
dini (Kelas 5 SD). Jangan dibayangkan siswa SD duduk di belakang meja dan
melakukan beberapa pekerjaan seperti yang dilakukan oleh siswa sekolah menengah
atas. Saga Lifeschool menyusun kegiatan magang dengan diferensiasi sesuai
dengan target karakter yang ingin dicapai dan tahapan perkembangan tiap usia.
Pengembangan
Kurikulum menjadi hal lazim yang dilakukan di sekolah alam. Oleh karena itu,
penyusunan program pemagangan yang dilkukan oleh Saga Lifeschool mungkin
berbeda dengan sekolah alam yang lain. Namun secara umum, target karakter yang
ingin dicapai tetap sama. Tahapan magang, lokasi, target, durasi, bidang
pemagangan disubstraksi dengan unik. Saga LIfeschool memperkenalkan tahapan magang
menjadi Magang Karakter, Magang Sosial, dan Magang Bakat.
Siswa mengalami
pemagangan dari hal yang terkesan “remeh”, yaitu mengikuti kegiatan
beraktifitas masyarakat dengan kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda dari
kehidupan kesehariannya. Ada yang magang di warung kecil di sebuah kampung, ada
yang ikut menjadi petani di kampung yang sama. Aktifitas sederhana dengan
kondisi sosial ekonomi berbeda inilah yang pada akhirnya memunculkan karakter yang
disebutkan sebelumnya. Jika kegiatan sederhana dilakukan oleh siswa SD dengan
waktu yang tidak lama, maka siswa SMP dan SMA akan mengalami pengalaman yang
lebih kompleks dan semakin lama semakin spesifik dengan keminatan
masing-masing.
No comments:
Post a Comment