Pada masa seperti ini masih banyak orang tua yang menahan anaknya untuk bersekolah. Mereka enggan mendaftar karena ada beberapa hal yang menurut pengamatan banyak pihak belum aman untuk kembali bersekolah secara tatap muka. Namun, tidak sedikit pula yang memberanikan diri untuk mendaftarkan anak mereka bersekolah. Meninjau hal ini, sebagian besar sekolah pun ternyata mengalami penurunan jumlah siswa yang didaftarkan untuk tahun ajaran baru ini. Merata, perubahan terjadi di semua sisi kehidupan.
Namun, mari kita kembali meyakini bahwa tahun depan yang
tinggal beberapa hari ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Kita menjadi
lebih terlatih dan lebih kuat sehingga disadari atau tidak, kondisi akan
membaik seiring mental dan fisik para penghuni dunia yang juga membaik. Ada
yang hilang dan ada yang datang. Penyesuaian dilakukan secara natural dan pasti
ada usaha yang dilakukan agar kita mampu bertahan di episode slanjutnya.
Jika kita sebagai orang tua menyempatkan diri untuk
mengingat betapa susah payahnya kita mendampingi anak-anak belajar dari rumah,
muncul dalam diri penghargaan yang sangat tinggi kepada para pengajar karena
telah begitu sabar. Begitu pun jika kita sebagai guru mengingat betapa susahnya
mengajar jarak jauh, maka hadir ke sekolah dan mengajar siswa secara langsung
ternyata lebih mudah dan sangat membahagiakan.
Hitungan biaya pendidikan sepertinya mulai direduksi bukan
hanya pada jumlah rupiahnya namun nilai dari biaya yang dikeluarkan. Berbahagialah
sekolah dan wali siswa yang bersepakat dan berbahagia dengan biaya pendidikan
yang dapat dikelola semaksimal mungkin untuk peningkatan kualitas pendidikan. Di
sinilah sebutan mahal atau murah menjadi “relatif”.
Ada
kebiasaan yang kita temukan di sekolah pada saat pembagian rapot dan kelulusan,
orang tua berbondong-bondong memberikan hadiah kepada para guru. Para wali
siswa ini menunjukan rasa sayang dan kebahagiaannya karena anak-anak mereka
menjalani proses belajar dengan membahagiakan. Bagi mereka, gaji yang diterima para pendidik peradaban ini masih kurang menunjukan kebahagiaan yang muncul dalam diri. Di sisi lain, pemberian hadiah
ini ternyata memiliki efek yang tidak baik dalam skala besar. Bukan hanya
kemungkinan kecemburuan sosial dan perilaku tidak adil yang akan muncul, namun
Rasulullah sudah mengingatkan kita melalui riwayat Imam
Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits yang berbunyi,
مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَرَزَقْنَاهُ رِزْقًا فَمَا
أَخَذَ بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ غُلُولٌ
“Barangsiapa yang kami tugaskan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan dan kami telah memberinya upah, maka apa yang
diambilnya dari selebihnya adalah ghulul (pengkhianatan).”(Dinyatakan shahih
oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib,1/191)
Insyaallah rasa syukur dan kebahagiaan orang tua dan guru
sudah sangat cukup tanpa harus dibuktikan dengan pemberian hadiah. BIaya yang
dikeluarkan, jerih payah yang diusahakan, dan timbal balik kemanusiaan sudah
diatur sedemikian rupa dalam keadaan saling ridha. Insyaallah baik guru dan
orang tua akan mendapatkan hadiah terbaik dari sisi Allah karena telah
mengupayakan yang terbaik untuk masa depan penerus bangsa yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment